Rabu, 28 Desember 2011

Abu Hurairah. ra

Abu Hurairah, Bapaknya Kucing Kecil
Tokoh kita ini biasa berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan salat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya. Kenapa ia dikenal sebagai "Bapak Kucing"? Di waktu jahiliyah namanya dulu Abdu Syamsi ibn Shakhr Ad-Dausi, dan tatkala ia memeluk Islam, ia diberi nama oleh Rasul dengan Abdurrahman. Ia sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seekor kucing, yang selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberinya tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang bayangnya. Inilah sebabnya ia diberi gelar "Bapak Kucing".

Penghafal Hadits Terbesar Sepanjang Masa
Kadangkala kepintaran manusia itu mempunyai akibat yang merugikan dirinya sendiri. Dan orang-orang yang mempunyai bakat-bakat istimewa, banyak yang harus membayar mahal, justru pada waktu ia patut menerima ganjaran dan penghargaan.

Shahabat mulia Abu Hurairah ra.termasuk salah seorang dari mereka. Sungguh dia mempunyai bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan. Abu Hurairah ra.r.a. mempunyai kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, sedang ingatannya mempunyai keistimewaan dalam segi menghafal dan menyimpan. Didengarya, ditampungnya lalu terpatri dalam ingatannya hingga dihafalkannya, hampir tak pemah ia melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah, ia telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah sehingga termasuk yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta meriwayatkannya.

Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah saw mereka memperalat nama Abu Hurairah ra.dan menyalahgunakan ketenarannya dalam meriwayatkan Hadits dari Nabi saw , hingga sering mereka mengeluarkan sebuah "hadits", dengan menggunakan kata-kata: -- "Berkata Abu Hurairah... "

Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah ra.dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi saw menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh-tokoh utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan ke dalamnya.
Di sana Abu Hurairah ra.berhasil lolos dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak ke dalam Islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah ra.dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.

Setiap anda mendengar muballigh atau penceramah atau khatib Jum'at mengatakan kalimat yang mengesankan dari Abu Hurairah ra.r.a berkata ia, telah bersabda Rasulullah saw.." Saya katakan ketika anda mendengar nama ini dalam rangkaian kata tersebut, dan ketika anda banyak menjumpainya, yah banyak sekali dalam kitab-kitab Hadits, sirah, fiqih serta kitab-kitab Agama pada umumnya, maka diketahuilah bahwa anda sedang menemui suatu pribadi, antara sekian banyak pribadi yang paling gemar bergaul dengan Rasulullah dan mendengarkan sabdanya. Karena itulah perbendaharaannya yang menakjubkan dalam hal Hadits dan pengarahan-pengarahan penuh hikmat yang dihafalkannya dari Nabi saw jarang diperoleh bandingannya.

Rabu, 07 Desember 2011

Pattimura

Pattimura. Di manakah dia kini? Apakah dia masih hidup? Atau
sudah tiada? Tanpa sadar kugigit bibirku. Asin. Bau darah. Ah, aku menyesal telah begitu membencimu, Pattimura. Tetapi apakah sesal yang berjejalan di dadaku dapat mengembalikanmu kemari?
"Patti..., Patti .... "
Suara Ibu! Suara itu masih parau, pilu separti bulan-bulan Ialu. Kupandang wajah Ibu. Batin yang tertancap beliung kepedihan membuatnya tampak pias dan tubuh kurusnya yang telah beberapa hari ini terbaring semakin ringkih saja.
"Patti..., apa sudah ada kabar dari Patti, Said?"
"Belum. Tapi kita tak boleh berputus asa. Berdoa dan berusaha. Kita harus melacaknya. Bukan begitu, Said?!" Aku menatap ke arah pintu kamar dan mengangguk. Bapak masuk dengan kening berkerut dan meletakkan tas kerjanya begitu saja di atas meja rias Ibu.
"Kau harus sembuh, Duma. Harus kuat. Insya Allah kita akan Menemukannya” Bapak mencium kening Ibu dan menggenggam tangan pucat itu lama. Sambil duduk, di ujung tempat tidur, aku menatap mereka dan diriku dalam cermin di kamar Ibu bergantian. Ah, betapa miripnya aku dengan mereka. Kulitku yang Iegam, rambutku yang keriting, bola mata yang bulat, bibir tebal dan Iebar, rahang persegi yang kokoh. Hanya hidungku Iebih mancung, karena Ibu tak berhenti menariknya setiap hari sehabis bangun tidur, sejak aku kecil. 

Sementara Patti? Tentu saja ia tak mirip dengan siapa pun di rumah ini. Ia yatim piatu yang dipungut Ibu dari panti asuhan, tiga belas tahun Ialu.
"Nah, kalian sebaya, sekarang kau punya teman, Said!"
Waktu itu umurku tujuh tahun dan aku cuma memandang dari atas ke bawah berkali-kali, sosok kurus dengan celana pendek dan baju yang kesempitan itu.
"AssaIaamuaIaikum," ia mengulurkan tangan dan tersenyum ramah. Ia tampan, hanya cara bicaranya mengingatkanku pada Om Suryono, teman Bapak yang orang Jawa itu.

"Ini Said, anakku. Said Perintah. Itu nama pahlawan dari Maluku yang melawan Belanda tahun 1817." Ia mengangguk Iagi. Dan ibuku, guru sejarah di sebuah sekolah Ianjutan di Jakarta ini malah memberinya sebuah nama baru.
Aku ingat, tiga belas tahun Ialu, aku tertawa mendengar ucapan Ibu. <terbakar. hatiku Sementara hitam. merah bekas Meninggalkan tembem. yang pipiku di melayang itu gadis dari tamparan sebuah>
Makanya, tak ada alasan untuk tak membenci Patti! Ia merampas semua perhatian dan cinta dalam keluarga ini! Bahkan Bi Iyem yang sudah bekerja di sini sejak aku belum Iahir, Iebih membela Pattimura daripada aku. Ini giIa!

***
"Kalau kamu takut tak diterima di UI atau ITB, kamu pilih Fakultas Teknik di Universitas Pattimura saja, Said!" seru Ibu saat kutanya pendapatnya setelah aku Iulus SMU. "Di sana kan pusat keluarga besar Marasabessy. Ada Om Saleh, Om Hasan, dan saudara-saudara kita yang Iain. Lagipula kalau memilih Unpatti, kemungkinan kamu diterima Iebih besar dari pada di UI atau ITB."
"Aku mau di UI atau ITB saja," kataku bersikeras.
"Mungkin Pattimura bisa, tetapi kamu? Ibu tak yakin. Nilai-nilaimu selama
ini kan pas-pasan." 

Pattimura Iagi! Dan saat kebencianku pada anak pungut itu semakin menggumpal, salahkah aku bila memintanya pergi?
"Pergilah yang jauh, Patti...yang jauh," pintaku padanya malam itu di beranda.
Sepi. Suara jangkrik mengerik-ngerik kepongahanku. Aku benar-benar datang untuk memohon.
"Mengapa kau membenciku? Aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri."Aku melihat segaris luka di matanya tertimpa cahaya bulan.
"Kalau kau menyayangiku. Bila kau ingin menganggapku adik, pergilah .... " "Tetapi .... "
"Aku tenggalam. Aku tercampak bila kau di sini. Biarkan aku mendapat perhatian keluarga dan teman-tamanku Iagi. Pergilah. Kau bisa ke Ambon. Bukankah ketika keluarga Marasabessy berkunjung, selalu kau yang mereka cari? Aku janji, Patti, kau tak akan kekurangan. Aku janji..., tolong aku sekali ini saja. Pergilah .... "

Minggu, 04 Desember 2011

Mutiara Hikmah Salaful Ummah

Wahai anakku janganlah kecantikan seorang wanita itu membuat kamu lupa menelusuri asal-usulnya, nasabnya, karena sesungguhnya menikahi wanita yang mulia adalah tangga menuju kemuliaan. [Atsar dari ulama salaf]

Ibnu Hajar mengatakan: “Kami meriwayatkan dalam Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: ‘Para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ
“Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu.” [Lihat pula masalah ini dalam Ahkamul ‘Idain karya Ali Hasan hal. 61, Majmu’ Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168]
Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu dan hanya kepada-Kulah kembalimu. [Luqman: 14]

Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan, dan kebaikan itu akan dilipatkan sepuluh kali pahala. Tidaklah aku katakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf. [HR. At-Tirmidzi]

Merokok adalah haram; menanam tembakau adalah haram; berdagang rokok adalah haram, karena pada rokok terdapat bahaya besar. Sungguh telah diriwayatkan dalam sebuah hadits,”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain”. [HR. Ibnu Majah (2341)] – Al Lajnah Ad Da’imah
Sebaik-baik wanita adalah yang membahagiakanmu tatkala kamu memandangnya dan mentaatimu tatkala kamu memerintahkannya serta menjaga harga dirinya dan hartamu tatkala kamu tidak ada.
Menyia-nyiakan waktu itu lebih jelek daripada kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya. [Ibnul Qayyim, Al Fawa'id]

Ketahuilah, dengan berdzikir pada Allah, hati menjadi tenteram..
Nikahilah oleh kalian (wanita) yang penyayang dan banyak anak, karena aku akan berbangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat. [HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1784]

Sesungguhnya pertolongan Allah dan kemenangan itu dekat.. Berjuang dan bersabarlah..
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan..

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata “… Allah tidak akan menambah kepada orang yang pemaaf kecuali kemuliaan. Tidaklah orang yang merendahkan diri kepada Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” [HR Muslim]

sumber : http://ummulfadhl17.wordpress.com

Rabu, 30 November 2011

Katakan: Matahari Berputar, Bumi Diam

بسم الله الرحمن الرحيم
Ditulis oleh: Abu Fahd Fuad bin Mukiyi (Pelajar di Darul Hadits Dammaj) -semoga Alloh menjaganya-
Selesai 24 Romadhon 1431 Hijriyyah

Muqoddimah

الحَمْدُ لِله حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَما بَعْدُ:

Berkata Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam:

لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ يَوْمٌ أَوْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ

“Tidaklah datang kepada kalian hari atau zaman kecuali setelahnya lebih jelek.” [HR. Al-Bukhori (no.6657) Ahmad (no.12838) dari Anas radhiyAllohu 'anhu]
Termasuk dari musibah yang menimpa kaum muslimin di zaman sekarang ini adalah dimasukkannya aqidah rusak yang di ambil orang-orang kafir, melalui berbagai cara untuk membuat generasi kaum muslimin ragu dari perkara yang jelas dari agama mereka.
Dan salah satu dari pemikiran rusak tersebut adalah tentang tetapnya (diam) matahari dan berputarnya bumi yang di ambil dari pendapat orang-orang kafir. Alloh Subhanahu wa ta’ala berkata tentang orang-orang kafir:

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللّهِ الَّذِينَ كَفَرُواْ فَهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Alloh ialah orang-orang yang kafir, yang mereka itu tidak beriman.” [QS. Al-Anfal:55]
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” [QS. Al-Bayyinah:6]

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ – خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عظِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Alloh telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.” [QS. Al-Baqoroh:6-7]

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللّهِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ – خَالِدِينَ فِيهَا لاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلاَ هُمْ يُنظَرُونَ

“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam Keadaan kafir, mereka itu mendapat la’nat Alloh, Para Malaikat dan manusia seluruhnya.
Mereka kekal di dalam la’nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” [QS. Al-Baqoroh:161-162]

قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. dan Itulah tempat yang seburuk-buruknya.” [QS. Ali ‘Imron:12]

فَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُواْ فَأُعَذِّبُهُمْ عَذَاباً شَدِيداً فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ

“Adapun orang-orang yang kafir, Maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.” [QS. Ali ‘Imron:56]

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَمَاتُواْ وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الأرْضِ ذَهَباً وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُوْلَـئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, Maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun Dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. bagi mereka Itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” [QS. Ali ‘Imron:91]

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab. Sesungguhnya Alloh Aziz Hakim (Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana).” (QS.An-Nisaa’:4)

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ اللّهِ قَدْ ضَلُّواْ ضَلاَلاً بَعِيداً – إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَظَلَمُواْ لَمْ يَكُنِ اللّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلاَ لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيقاً

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Alloh, benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezholiman, Alloh sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka.” [QS. An-Nisa’:167-168]

وَالَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka.” [QS. Al-Maidah:10]

مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لاَّ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ

“Orang-orang yang kafir kepada Robbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti Abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” [QS. Ibrohim:18]
Dan begitulah keadaan orang kafir sebagaimana dalam Al-Qur’an, apakah setelah ini kaum muslimin mau mengambil perkataan mereka serta meninggalkan dalil-dalil dari Al-Qur’an!!??

ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” [QS. Al-Baqoroh:2]

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

“Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Hakim Hamid (yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji).” [QS. Fushilat:42]
Dan dalil-dalil yang menunjukkan tentang bathilnya pendapat mereka sangatlah banyak, akan tetapi dalil yang banyak itu tidaklah mencukupkan mereka dari hal itu.

قُلِ انظُرُواْ مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَن قَوْمٍ لاَّ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” [QS. Yunus:101]
Maka tidaklah pantas seorang muslim untuk memiliki pilihan lain setelah Al-Qur’an dan As-Sunnah menunjukkan demikian dan mengambil pendapat manusia. Alloh subhanahu wa ta’ala berkata:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” [QS. Al-Ahzab:36]
Berkata Asy-Syafi’i t: “Kaum muslimin tentang bahwasanya barang siapa yang telah jelas padanya sunnah Rosululloh ` tidak boleh di tinggalkan karena perkataan seorang dari manusia.” [lihat “Ilamul Muwaqqin” (1/7)]

عَلَيْكَ بِطُرُقِ الهُدَى       وَ لاَ يَضُرُّكَ قِلَّة السَّالِكِيْنَ

وَ إِيَّاكَ وَ طُرُق الضَّلاَلَةُ        وَ لاَ تَغْتَرُّ بِكَثْرَةِ الهَالِكِيْنَ

Tetapilah jalan petunjuk
Dan janganlah terpengaruh dengan sedikitnya orang yang mengikuti
Dan janganlah tertipu dengan banyaknya orang yang dibinasakan
Dan hati-hatilah dari jalan jalan menyesatkan
Dan pada risalah kecil ini kami berharap bisa memberikan faedah dan memahamkan kaum muslimin kepada pemahaman yang benar.
Bab 1
Dalil tentang berputarnya Matahari
Alloh subhanahu wa ta’ala berkata:

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Al-‘Aziz Al-‘Alim (yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui).” [QS. Yasin:38]
Alloh Subhanahu wa ta’ala berkata:

قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Ibrohim berkata: Sesungguhnya Alloh menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari barat, lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” [QS. Al-Baqoroh:258]
Alloh Subhanahu wa ta’ala berkata:

اللّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى يُدَبِّرُ الأَمْرَ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُم بِلِقَاء رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

“Alloh-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Alloh mengatur urusan, menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Robbmu.” [QS. Ar-Ro’d:2]
Alloh Subhanahu wa ta’ala berkata:

Rabu, 09 November 2011

Guys, keep your eyes

“Mencuci mata” sudah menjadi kebiasaan dan budaya banyak orang terutama di kalangan para muda. Nongkrong di pinggir jalan untuk “mencuci mata”, menikmati pemandangan alam yang indah dan penuh pesona sudah menjadi adat sebagian orang. Namun yang menjadi pertanyaan adalah alam apakah yang sedemikian indahnya sehingga menjadikan para pemuda begitu banyak yang tertarik dan terkadang mereka nongkrong hingga berjam-jam? Ternyata alam tersebut adalah wajah manis para wanita. Apalagi sampai terlontar dari sebagian mereka pemahaman bahwa memandang wajah manis para wanita merupakan ibadah dengan dalih, “Saya tidaklah memandang wajah para wanita karena sesuatu (hawa nafsu), namun jika saya melihat mereka saya berkata, “Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”[1]



Ini jelas merupakan racun syaithan yang telah merasuk dalam jiwa-jiwa sebagian kaum muslimin. Pada hakekatnya jargon yang mereka gunakan (cuci mata) merupakan istilah yang telah dihembuskan syaithan pada mereka. Istilah yang benar adalah “MENODAI MATA”.

Kebiasaan yang sudah merebak seantero dunia ini memang sulit untuk ditinggalkan. Bukan cuma orang awam saja yang sulit untuk meninggalkannya bahkan betapa banyak ahli ibadah yang terjerumus ke dalam praktek “MENODAI MATA” ini. Masalahnya alam yang menjadi fokus pandangan sangatlah indah dan dorongan dari dalam jiwa untuk menikmati pesona alam itupun sangat besar.
Oleh karena itu penulis mencoba untuk memaparkan beberapa perkara yang berkaitan dengan hukum pandangan, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga bagi saudara-saudaraku para pembaca yang budiman dan dirahmati Allah SWT. insyaAllah.

Fadhilah menjaga pandangan

Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah merupakan akhlak yang mulia, bahkan Rasulullah r menjamin masuk surga bagi orang-orang yang salah satu dari sifat-sifat mereka dalah menjaga pandangan.
Abu Umamah berkata,”Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اُكْفُلُوا لِي بِسِتٍ أَكْفُلْ لَكُمْ بِالْجَنَّةِ, إِذَا حَدَّثَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَكْذِبْ, وَ إِذَا اؤْتُمِنَ فَلاَ  يَخُنْ, وَ إِذَا وَعَدَ فَلاَ يُخْلِفْ, غُضُّوْا أَبْصَارَكُمْ, وَكُفُّوْا أَيْدِيَكُمْ, وَاحْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ
“Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.”[2]

Bahkan orang jahiliyahpun mengetahui bahwa menjaga pandangan adalah akhlak yang mulia. Berkata ‘Antarah bin Syaddad seorang penyair di zaman jahiliyah:
وَأَغُضُّ طَرْفِي مَا بَادَتْ لِي جَارَتِي           حَتَّى يُوَارِيَ جَارَتِي مَأْوَاهَا
“Dan akupun terus menundukkan pandanganku tatkala tampak istri tetanggaku sampai masuklah dia ke rumahnya”[3]

Syaikh Abdurrazzaq bin Abdilmuhsin Al-‘Abbad –Hafidzohumulloh- berkata,”Inilah salah satu akhlak mulia yang dipraktekkan oleh orang pada zaman jahiliyah, namun yang sangat memprihatinkan justru kaum muslimin di zaman sekarang meninggalkannya.”

Menjaga pandangan di zaman sekarang ini sangatlah sulit

Menjaga pandangan dari hal-hal yang dilarang memang perkara yang sangat sulit apalagi di zaman sekarang ini. Hal-hal yang diharamkan untuk dipandang hampir ada disetiap tempat, di pasar, di rumah sakit, di pesawat, bahkan di tempat-tempat ibadah. Majalah-majalah, koran-koran, televisi (ditambah lagi dengan adanya parabola), gedung-gedung bioskop penuh dengan gambar-gambar seronok dan porno alias para wanita yang berpenampilan vulgar. Wallahul Musta’an…

Bagaimana para lelaki tidak terjebak dengan para wanita yang aslinya merupakan keindahan kemudian bertambah keindahannya tatkala para wanita tersebut menghiasi diri mereka dengan alat-alat kecantikan, dan lebih bertambah lagi keindahannya jika yang menghiasi adalah syaithan yang memang ahli dalam menghiasi para wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
المَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita adalah aurat, jika ia keluar maka syaitan memandangnya”[4]

Berkata Al-Mubarokfuuri, “Yaitu syaitan menghiasi wanita pada pandangan para lelaki, dan dikatakan (juga) maksudnya adalah syaitan melihat wanita untuk menyesatkannya dan (kemudian) menyesatkan para lelaki dengan memanfaatkan wanita tersebut sebagai sarana…”[5]

Diantara penyebab terjangkitinya banyak orang dengan penyakit ini, bahkan menimpa para penuntut ilmu, karena sebagian mereka telah dibisiki syaithan bahwasanya memandang wanita tidaklah mengapa jika tidak diiringi syahwat. Atau ada yang sudah mengetahui bahwasanya hal ini adalah dosa namun masih juga menyepelekannya. Yang perlu digaris bawahi adalah banyak sekali orang yang terjangkit penyakit ini dan  mereka terus dan sering melakukannya dengan tanpa merasa berdosa sedikitpun, atau minimalnya mereka tetap meremehkan hal ini, padahal ada sebuah kaedah penting yang telah kita ketahui bersama yaitu

لاَ صَغِيْرَةَ مَعَ الإصْرَار
Tidak lagi disebut dosa kecil jika (perbuatan maksiat itu) dilakukan terus menerus.[6]

Hukum memandang wajah wanita yang bukan mahram.

Dari Jarir bin Abdillah radliyallahu ‘anhu , ia berkata,
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ عَنْ نَظْرَةِ الْفَجَاءَةِ, فَأَمَرَنِيْ أَنْ أَِصْرِفَ بَصَرِيْ
“Saya bertanya  kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang tiba-tiba (tidak sengaja), maka beliau memerintahan aku untuk memalingkan pandanganku”[7]

Dari Buraidah, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Ali radliyallahu ‘anhu,
يَا عَلِيّ ُ! لاَتُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ, فَإِنَّمَا لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الأَخِيْرَةُ
“Wahai Ali janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua)”[8]

Dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhu, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membonceng Al-Fadl lalu datang seorang wanita dari Khots’am. Al-Fadl memandang kepada wanita tersebut –dalam riwayat yang lain, kecantikan wanita itu menjadikan Al-Fadl kagum- dan wanita itu juga memandang kepada Al-Fadl, maka Nabipun memalingkan wajah Al-Fadl kearah lain (sehingga tidak memandang wanita tersebut)…”[9]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memalingkan wajah Al-Fadl sehingga tidak lagi memandang wajah wanita tersebut, jelaslah hal ini menunjukan bahwa memandang wajah seorang wanita (yang bukan mahram) hukumnya haram.[10]


Bahayanya Tidak Menjaga Pandangan Mata.

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
العَيْنَانِ تَزْنِيَانِ وَزِنَاهُمَا النَّظْرُ
“Dua mata berzina, dan zina keduanya adalah pandangan”[11]

Penamaan zina pada pandangan mata terhadap hal-hal yang haram merupkan dalil yang sangat jelas atas haramnya hal tersebut dan merupakan peringatan keras (akan bahayanya), dan hadits-hadits yang semakna hal ini sangat banyak[12]

Jumat, 05 Agustus 2011

Dibalik Tirai Kejailan part 2


Malam yang cerah, terangnya bulan mengiringi kebahagiaan yang tengah dilalui para siswa SMA yang baru selesai melaksanakn ujian nasional. Rheyzal, Adrian, Ibel dan rekan-rekan lainnya berembuk di rumah Sherly. Mengawali malam selepas ujian dengan helaan nafas lega setelah melewati tiga hari yang cukup mendebarkan.

Angel duduk di kursi plastik berhadapan langsung dengan meja. Di beranda rumah, omongan dan riuh canda  menghiasi suasana perkumpulan sahabat itu. “Sherly, buku tulis sama pena, ya”. Pinta Mom Esti, guru bahasa inggris sekaligus guru komputer mereka. Beliau bukan sebatas guru tetapi juga teman bagi mereka. 

Sesuai perencanaan beberapa hari sebelumnya, lusa mereka akan kemah di pantai pasir panjang, desa Tial. “mem, ini”, kata Sherly sambil menyerahkan pena dan buku tulisnya. Buku dan pena itu lantas diserahkan langsung kepada Angel. “oh ya, sini, sini..semuanya merapat kemari!” seru Angel pada semua teman-temannya. Nama-nama yang ingin ikut ke perkemahan langsung dicatat lengkap dengan pembagian barang dan bahan yang mesti dibawa tiap peserta kemah. 

Yang bawa beras, alat makan, dan alat masak sudah ditentukan. “udah dicatat nih. Trus, siapa lagi ya, yang belum kebagian,” kata Angel sambil masih menggenggam pena. “Ichan, lusa loe mau bawa apa,” tanya Sherly pada Ichan. Seraya tersenyum, Ichan mengguyon “kalau aku.., aku bawa diri saja.”  Mendengar itu sahabat-sahabatnya cengengesan.
Dari lorong yang remang datang seseorang berbadan tegap. Dari gaya jalan sudah ketahuan itu siapa. Arga dengan santainya melenggok. “Hai semuanya,” sapa Arga dengan senyum angkernya. “Sepertinya kalian sedang merencanakan sesuatu ?”, lanjut Arga sambil mengedarkan pandangannya. “iya, kita punya rencana kemah, kamu mau ikut ?”, Tanya Emon.
“yah, boleh, aku pengen ikut sama kalian,” “tapi harus nyumbang tiga puluh ribu untuk ongkos perjalanan, bisa?” “hah !?, yang benar ! mata Arga melotot. “Masak semahal itu, kalau aku dikasih gratis boleh kan, kalau kalian yang patungan, tanpa aku tambahi aku rasa ongkosnya pasti cukup!” ujar Arga ingin ikut tanpa ongkos. “tidak, belum cukup kok. Kita juga masih butuh tambahan duit buat ongkos makan yang nanti kita beli saat di perkemahan,” lanjut Sherly menuturkan.
“kalian ini gimana sih !, masak mau ikut kemah saja mesti bayar semahal itu” sergah Arga kesal. “mau refreshing kok ngeluh, bayaran mahal karena perjalannya juga jauh, kita mau nyewa mobil antar desa, terus kita butuh duit untuk pakan yang kita butuh selama tiga hari di sana. kamu mau, Cuma makan ranting pohon dan minumnya air laut !?”. ucap Emon mempertegas.
“hah !, daripada ngeluarin duit segitu, mending aku nggak usah ikut !”, keki Arga seraya pergi tanpa permisi dan menggerutu.
Semua heran.  Menyungging senyum lalu mengeryit saat melihat Arga datang dengan senyum tak terundang dan kepergiannya yang begitu saja. Tapi segera semua beralih ke perencanaan.
“Eee.., kalau yang mau mancing, silahkan bawa kail dan tali pancing. Sekalian biar kita mancing bareng” kata Mom Esti mengusulkan. Besok Mom ke sekolah ngambil surat rekomendasi untuk disampaikan kepada RT setempat calon lokasi perkemahan kita” lanjut Mom Esti.
“Yang nanti nyampein suratnya siapa, nggak mungkin, kan kita semua ke sana buat survei lokasinya, ya kita utus saja dua atau tiga orang ?,” usul Emon.

“Kita utus dua saja, kalau nggak kembali, nggak usah dicari, paling udah dikawinin sama warga desa sana” celetuk Rheyzal diikuti tawa semuanya.
“iya, siapa, ya ?. timpal Mom Esti serius. “Mon, kamu, yah?,” “ss..saya..,siip mem !,” tukas Emon tersenyum tipis. “satu lagi, siapa yang mau bareng Emon ke sana?”. Semua saling memandang. “aku, mem!,” seru Mardono mengajukan diri, dia salah satu teman yang sudah biasa menjalani kemah bersama pramuka. Tentunya berpengalaman memimpin perkemahan.

***

Siang mendung, Mom Esti dan beberapa murid terdekatnya berkumpul di rumah beliau. Surat rekomendasi yang beliau janjikan sudah dibawa oleh Emon dan Mardono ke desa Tial.
“udah berapa yang terkumpul, nih” “belum cukup mem” “ntar malam ongkosnya sudah harus terkumpul semuanya, biar kalau kedapatan kurang nanti mem tambahin”

Perbincangan mengenai apa yang mau dilakukan di perkemahan berlanjut. Namun tidak semuanya hadir. Sherly di rumahnya sedang menyiapkan bahan yang mau dibawa ke perkemahan besok. Bahan yang ia beli dari pasar, bahan mentah berupa ikan dan sayur yang langsung disimpan di lemari es. Mardono dan Emon tengah mensurvey lokasi yang akan ditempati, sementara yang lain entah ke mana tidak jelas. 

Perbincangan itu berlangsung hingga sore. Waktu sholat ke masjid. Tidur siang di rumahnya Mom Esti, seperti di rumah sendiri. Makan siang di situ juga, di rumahnya Mom Esti. Gratis tanpa omelan. Tapi siapa yang tahu dengan isi hati penghuni rumah yang sudah seringkali makanan rumah, nasi, ikan, kadang gula dan teh juga dihabiskan oleh mereka yang cuma datang membuat gaduh suasana rumah. Oma-nya Mom Esti tentunya yang paling repot. Sedikit-sedikit harus masak. Makanannya bukan habis karena dimakan anak-anak beliau. Tapi habis karena disantap rakus oleh siswanya Mom Esti. 

“hoii, bangun, sudah sore !” seru Ibel yang baru terbangun dari tidurnya sambil menggoyang tubuh sahabat-sahabatnya yang masih terlelap. Dengan mata berat Ibel menatap ke jam dinding. Waktu sholat sudah lewat rupanya. ia lalu berdiri dan melangkah keluar dari rumah Mom Esti menuju ke masjid yang jaraknya hanya beberapa meter dari rumahnya Mom Esti.

Setelah shalat Ibel kembali. Ia dapati rumah Mom Esti sudah tak seperti saat ia keluar tadi. Para sahabat yang tadinya masih tidur sudah tampak santai di kursi tamu dengan wajah yang baru saja dibasuh untuk menghilangkan bekas tidur mereka. Teh hangat sore, pisang goreng, dan kerabat sorenya yaitu sukung goreng tampak telah disajikan di atas meja. Benar-benar mengenakan dan terlanjur keenakan bagi para siswa yang tengah menikmati libur panjang mereka ini. 

Jelang maghrib, mereka yang senang berkumpul itu pamit dan kembali ke rumah masing-masing. “mem, kita balik dulu ya, hmm.., makasih untuk sesajennya, eh, maksudku jamuannya,” celetuk rheyzal pada Mom Esti. “oma.., kita pulang dulu, ya !, seru Ichan menoleh ke oma yang hobi nonton sinetron. “hati-hati di jalan, ya.”

Malam itu tiba.
Perkumpulan sahabat itu kembali menyatu di rumah Sherly di waringin. “bahan yang sudah aku beli ada di kulkas,” kata Sherly sambil menatap ke Mom Esti. “yang lain, jangan bilang kalian nggak punya uang untuk besok!”, seru Sherly dengan nada mengancam. “tenang-tenang, fulus kita sudah siap sebelum kamu bangun tadi pagi,” cerocos Panji dari depan pintu rumahnya. Kebetulan ia bertetangga dengan Sherly. “duitnya, ayo dikumpulin sekarang!” sergah Sherly seraya mengacungkan catatan kemarin malam. “sher..!,” aries memanggil. cowok yang satu ini sering menjengkelkan sebab hobi main ingusnya dan meunjukannya di depan sahabatnya sendiri. “ya, kenapa ries..?,” maaf aku nggak bawa duit, besok aja, ya !?. “aku juga, sher. Besok baru aku dikasih duit sama ibuku,”. Seru beberapa orang dari mereka. Sherly hanya garuk-garuk kepala. 

“gini aja, besok sekitar jam sepuluh, kalian datang ke rumah ibu bawa uang kalian masing-masing, okay ?,” sela Mom Esti. “okay mem”. Jawab serempak yang belum bawa uang.
“awas, jangan sampai nggak datang, rencana sudah sejauh ini kalau batal, awas, ya!. Jangan datang-datang lagi ke rumah ibu!” ancam Mom Esti disebabkan kuatir jika mereka beralasan untuk tidak jadi kemah.

“maaf, semuanya. Aku besok nggak ikut, maklum…jaga toko,” imbuh dzay yang keluArganya punya toko bahan bangunan di dekat ambon plaza, toko Indosakti dan satu lagi di Perigilima. “di Indosakti, ya?” Tanya Ichan. “bukan, besok aku jaganya di toko Perigilima.
“dzay, kok gitu sih dzay, ayo.., minta izin, kita cuman tiga hari saja kok” “nggak bisa, aku sudah ngomong sama papaku tapi aku nggak diizinin, aku harus bantu-bantu di toko besok”
“hmmm…, siang hari kok takut toko kemalingan,” ucap Ibel asal. “heh !, siapa yang takut kemalingan, aku memang diminta jaga toko oleh papaku besok,” “ alasan..!, ayahmu nggak gaul ah, kayak nggak pernah muda saja”
“udah-udah, nggak usah dibahas, nggak apa-apa dzay, kita ngerti” sela Angel memotong perdebatan Ibel dan dzay.
“Mobilnya, siapa yang besok nyari carteran !?” Tanya Dora si cewek berbadan gempal nan gelap dan bersuara lantang tiba-tiba. “eh, iya ya,” Mom Esti dan Sherly menerawang. “kemarin Dono sama Emon sudah ngantar surat sekalian survey lokasi, kali ini.. rhey, mana rhey?.” Tanya Mom Esti sambil mensedekapkan tangannya.
“rheyzal di rumah, mem,” sahut beberapa orang saling mengikuti. “besok, rhey, mem tugaskan buat nyari carteran, Hmm… harus satu orang lagi nih yang jalan sama dia, siapa yang mau?”
“ini mem,” ucap dzay sambil menunjuk Ibel “besok tugas kamu dan rhey nyari carteran,” kata dzay meneruskan. 

“benar! kamu, kan partnernya rheyzal, sama-sama suka ngerjain orang” kejar baron yang matanya sayu dan tubuh selalu keringatan. “sekalian, rayu saja sopirnya, siapa tau kalian beruntung bisa nego ongkos murah buat perjalan kita besok” tambahnya. Ibel hanya mengerutkan dahi menerima omongan baron.

Di teras rumah Panji, Adrian dan beberapa teman lainnya tengah asyik main kartu remi. Di bawah pohon belimbing yudha menyendiri dan asyik menelpon. Selalu terlihat menelpon, entah dengan siapa dia ngobrol. Hingga pembicaraan di malam itu usai, mereka kemudian membubarkan diri.

***

Jam dinding menunjukkan jam 09.00 pagi. Handphone bergetar. Sms bertebaran saling mengingatkan agar bersiap-siap. Rheyzal dan Ibel sudah tiba di rumah Mom Esti. Emon juga sudah sampai lebih dulu.
“kalian berdua nyari carteran, ya” pinta Mom Esti. “tapi, mobil angkutan umum untuk ke Tial terminalnya di sebelah mana?,” Tanya Ibel yang belum pernah ke desa Tial. “aku tahu, tenang saja, masa terminalnya saja kamu nggak tahu,” ketus rheyzal langsung menggetok kepalanya Ibel. “itu loh, yang di batumerah dekat jembatan” jelas Mom Esti menimpali. Rheyzal setengah terkekeh. Merasa sakit digetok, Ibel langsung balas memukul punggung rheyzal.

Tanpa berlama-lama rheyzal dan Ibel langsung bergegas. “assalamu’alaikum” salam keduanya sambil mengenakan sendal. “rhey, nego ya, biar murahan dikit” pinta Mom Esti sebelum keduanya melangkah. “oke mom!”

Rheyzal dan Ibel melangkah keluar dari lorong sempit. Jalan raya tepat di hadapan keduanya. Menunggu angkutan kota jurusan batumerah dengan niat cepat sampai tujuan. Angkutan kota jurusan batumerah memang jarang lewat di jalan tempat rheyzal dan Ibel menunggu. Sebab ini memang jalur untuk angkutan kota jurusan talake. Merasa terlalu lama menunggu, keduanya memilih menaiki mobil jurusan talake. Perjalanan memakan waktu sekitar dua puluh menit untuk mencapai terminal mardika. Saat tiba di terminal mardika keduanya membayar empat ribu rupiah. Jadi, dua ribu per orang.

Terus berjalan melewati lorong-lorong pasar dan terminal. Kiri kanan lorong sesak dengan pedagang kakai lima ataupun kios-kios yang kian memadati terminal. Ditambahi dengan orang yang berlalulalang keluar masuk. Rheyzal dan Ibel terus mengobrol. Berpijak diatas jalan penuh becek. Banyak orang yang berjualan di pinggir jalan. Di jalan kecil yang bisaa dilalui kendaraan.  macet tak terabaikan.

Di depan puskesmas batu merah. Rheyzal dan Ibel belok ke kiri. Ada terminal yang dipadati mobil angkutan antar desa. Sambil mengusap rambutnya yang berapa kali pernah diluruskan dengan campuran krim deterjen dan kapur sirih sampai kulit kepalanya terkelupas itu, rheyzal menunjuk ke arah bArisan mobil yang tidak teratur. “itu, di sana angkutannya,” ujarnya pada Ibel.

Saat dekat dengan barisan mobil angkutan itu, keduanya langsung melihat-lihat mobil yang jumlah tempat duduknya diperkirakan bisa memuat teman-teman yang akan ikut kemah. Banyak mobil yang cukup untunk menampung menurut keduanya. Namun mobil-mobil itu banyak yang masih tertutup tanpa sopirnya. Entah ke mana mereka. 

Rheyzal dan Ibel terus menilik mobil mana yang mau dicarter. “coba yang ini, kebetulan  sopirnya ada di di dalam, tuh,” saran Ibel seraya menyentuh sebuah mobil. Keduanya mendekat ke depan. Mengajak bicara si sopir. “permisi, bang.” “iya, kenapa dik,” “hmm, kalau ke pantai pasir panjang pakai mobil abang, berapa ya, ongkosnya ?” “antar jemput atau antar saja?” “gini bang, kita mau adakan perkemahan di pantai pasir panjang, jadi kita inginnya kita nih, abang antar kita sore ini. Setelah itu nanti, lusa abang datang lagi jemput kita. gimana, bisa nggak, bang?” “bisa,” ongkos pakai mobil abang?” Tanya rheyzal mengenai biayanya perjalanan. Sejenak sopir diam. Rheyzal dan Ibel menunggu. “tiga ratus ribu,” kata sopir menetapkan harga.

Rheyzal memandang Ibel lalu kembali mendongak ke sopir yang masih sementara duduk di kemudinya. “dikurangi dikit dong, bang…dua ratus empat puluh, bang ya?” ucap Rheyzal menego. Si sopir kembali menawar. “itu terlalu rendah, dik. dua ratus tujuh puluh lima saja, ya dik”. Seraya tersenyum sambil celingak-celinguk  Rheyzal dan Ibel diam seolah tak menanggapi. “kalau gitu, dua ratus enam puluh. Bagaimana, dik. Mau nggak, saya juga susah cari duit, dik. Kalau dua ratus empat puluh ribu terlalu di bawah harga yang biasa kita terima untuk antar jemput ke desa Tial.” Kata si sopir seakan mengiba. Sopir dan dua anak jahil itu menghening. “iya, deh. Dua ratus enam puluh” timpal rheyzal menyetujui.

Kesepakatan antara dua pihak terjadi. Si sopir sebagai pemberi jasa dan rheyzal sebagai penawar ongkos untuk jasa tersebut. Sedang Ibel hanya tersenyum manggut-manggut dengan kejadian itu. Sebelum keduanya pergi, si sopir meminta nomor handphone yang bisa dihubungi agar bisa menetapkan jam dan tempat penjemputan. Rheyzal tidak bisa memberikan keterangan lebih jelas untuk waktu dan tempat penjemputan karena teman-temannya sering tidak pasti dengan rencana. Ibel mengeluarkan handphone-nya lalu mengeja nomor handphone-nya Mom Esti dan  kepada si sopir dan sebaliknya.

“makasih, ya bang! Nanti kalau kita sudah kumpul, langsung abang kita hubungi,” seru Ibel menjelaskan. Keduanya berlalu pergi. kali ini melewati pasar mardika lalu segera menuju ke terminal angkutan kota lin tiga. Lin tiga adalah jurusan angkutan umum dalam kota Ambon daerah bagian bawah atau yang biasa diteriakan ‘talake, talake, talake’ oleh para kernet dan sopir. Saat turun dari angkot Ibel dan rheyzal segera masuk ke lorong sempit yang mengarah ke rumah Mom Esti. Keduanya melapor sesuai keinginan bersama untuk tujuan ke perkemahan. Emon dan teman-teman yang telah ada langsung menghubungi teman-teman yang belum hadir. Direncanakan mobil carteran akan parkir di depan sekolah mereka, SMA Muhammadiyah Ambon. Jln OT. Mattipau. 

Berselang dua jam lebih setelah sholat dzuhur. Kira-kira pukul 14.00 waktu kota Ambon, sebagian sudah siap di depan sekolah. Mom Esti telah menghubungi si sopir. Dan dalam waktu hamper lima belas menit, mobil itu muncul dari tikungan jalan di talake. Mobil segera memutar dan memarkir tepat dekat trotoar depan sekolah. 



Adrian, Ibel, rheyzal, Dora, dan teman mereka lainnya mulai memasukkan barang bawaan mereka ke mobil. Sementara Ichan dan alan menunggu di toko raudah di depan ambon plaza. Sebab mereka mengambil beras dari toko itu yang kebetulan pemiliknya adalah keluarga alan. Mereka yang telah menanti di depan sekolah terus menghubungi mereka yang belum datang. Beginilah kebiasaan orang Indonesia. Susah tepat waktu. “mem, Angel, mem,” kata Sherly saat sampai di hadapan Mom Esti. “ada apa dengan Angel” “dia sepertinya tidak diizinkan pergi dengan kita,” ucap Sherly memberi tahu. “masa sih!?” sahut Mom Esti dengan raut kecewa. Teman lainnya juga terlihat seperti tidak bersemangat. Angel itu diibaratkan cahaya di dalam persahabatan mereka seperti yang pernah diungkapkan Aris saat masih dalam masa-masa belajar kelompok. Jadi, tidak ada enaknya jika dia tidak ikut dalam perkemahan itu.
Beberapa menit kemudian handphone Sherly berdering. Ada sms yang masuk. Rupanya sms itu datang dari Angel. 

Sherly, aku ingin ikut dengan kalian
 Tolong, kalau bisa kalian ramai-ramai datang
 ke rumahku dan meminta izin untukku
agar ayahku mau mengizinkan aku ikut dengan kalian,
please” 

Semua saling menatap. Berharap mau ikut bersama menjemput Angel di rumahnya. Mom Esti, Sherly, dan beberapa teman lainnya bergerak menuju rumah Angel. Ibel dan berapa teman lainnya menunggu di mobil. Ibel mondar-mandir lalu masuk mobil dan keluar lagi. Hari semakin sore dan mereka belum beranjak ke lokasi yang akan menjadi tempat perkemahan mereka. Beberapa orang mulai jenuh. Dan bersyukur saat jenuh itu mulai merangkak di kepala mereka, Mom Esti dan beberapa teman lainnya datang. Mereka membawa hasil, merpati cantik berhasil dikeluarkan dari sangkarnya. Angel yang dikelilingi teman-temannya datang dengan senyumnya yang memesona.
“aku ingin minta izin ke ayahku tapi baru mau minta izin, beliau malah masuk kamar dan tidur. Beliau sengaja melakukannya agar aku tak bisa izin dan ikut kalian,” Angel dengan segaris senyum menjelaskan. “ayo, semua masuk ke mobil, jangan terlalu membuang waktu di sini!” perintah Mom Esti. Semua bergerak. Barang bawaan yang tersisa di luar langsung dinaikkan ke atas kap mobil dan diikat melintang agar tidak jatuh saat mobil melaju. Rheyzal dan beberapa diantara mereka berebut ingin duduk di jok depan. Namun segera ditarik ke belakang dan Mom Esti yang diberi tempat duduk di jok depan. Setelah memeriksa kelengkapan yang dibawa dan peserta yang ikut, sopir langsung menyalakan mobilnya. 

Kamis, 14 April 2011

Iman Dan Kepekaan Sosial

Shibghah Imaniyah


dakwatuna.com – Iman itu bukan hiasan bibir dan pemanis kata apalagi sekadar keyakinan hampa, tapi sebuah keyakinan yang menghujam ke dalam hati, diungkapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan tindak nyata.

Pengakuan seorang mukmin akan keimanannya yang tidak disertai dengan bukti amal shalih, bisa dikategorikan sebagai pengakuan tanpa makna dan tidak berdasar. Di sini Allah Taala menjelaskan kepada kita tentang senyawa keimanan dan amal shalih dalam surat Al-‘Ashr; “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati agar mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati agar tetap sabar.” (QS 103:1-3)

Hukum Nyanyian dan Musik dalam Perspektif Fiqih Islam

Pertanyaan :
Assalamualaikum, Ustadz yang terhormat, saya mau nanya bagaimana hukumnya menyanyi dan musik dalam pandangan fiqih Islam? Karena ada sebagian ulama yang mengharamkan, tapi ada sebagian ulama yang membolehkan. Mohon penjelasannya.

Penjelasan :
Keprihatinan yang dalam akan kita rasakan, kalau kita melihat ulah generasi muda Islam saat ini yang cenderung liar dalam bermain musik atau bernyanyi. Mungkin mereka berkiblat kepada penyanyi atau kelompok musik terkenal yang umumnya memang bermental bejat dan bobrok serta tidak berpegang dengan nilai-nilai Islam. Atau mungkin juga, mereka cukup sulit atau jarang mendapatkan teladan permainan musik dan nyanyian yang Islami di tengah suasana hedonistik yang mendominasi kehidupan saat ini. Walhasil, generasi muda Islam akhirnya cenderung membebek kepada para pemusik atau penyanyi sekuler yang sering mereka saksikan atau dengar di TV, radio, kaset, VCD, dan berbagai media lainnya.

Tak dapat diingkari, kondisi memprihatinkan tersebut tercipta karena sistem kehidupan kita telah menganut paham sekularisme yang sangat bertentangan dengan Islam. Muhammad Quthb mengatakan sekularisme adalah iqamatul hayati ‘ala ghayri asasin minad dîn, artinya, mengatur kehidupan dengan tidak berasaskan agama (Islam). Atau dalam bahasa yang lebih tajam, sekularisme menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah memisahkan agama dari segala urusan kehidupan (fashl ad-din ‘an al-hayah) (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Nizhâm Al-Islâm, hal. 25). Dengan demikian, sekularisme sebenarnya tidak sekedar terwujud dalam pemisahan agama dari dunia politik, tetapi juga nampak dalam pemisahan agama dari urusan seni budaya, termasuk seni musik dan seni vokal (nyanyian).

Kondisi ini harus segera diakhiri dengan jalan mendobrak dan merobohkan sistem kehidupan sekuler yang ada, lalu di atas reruntuhannya kita bangun sistem kehidupan Islam, yaitu sebuah sistem kehidupan yang berasaskan semata pada Aqidah Islamiyah sebagaimana dicontohkan Rasulullah Saw dan para shahabatnya. Inilah solusi fundamental dan radikal terhadap kondisi kehidupan yang sangat rusak dan buruk sekarang ini, sebagai akibat penerapan paham sekulerisme yang kufur.
Namun demikian, di tengah perjuangan kita mewujudkan kembali masyarakat Islami tersebut, bukan berarti kita saat ini tidak berbuat apa-apa dan hanya berpangku tangan menunggu perubahan. Tidak demikian. Kita tetap wajib melakukan Islamisasi pada hal-hal yang dapat kita jangkau dan dapat kita lakukan, seperti halnya bermain musik dan bernyanyi sesuai ketentuan Islam dalam ruang lingkup kampus kita atau lingkungan kita.
Tulisan ini bertujuan menjelaskan secara ringkas hukum musik dan menyanyi dalam pandangan fiqih Islam.

Diharapkan, norma-norma Islami yang disampaikan dalam makalah ini tidak hanya menjadi bahan perdebatan akademis atau menjadi wacana semata, tetapi juga menjadi acuan dasar untuk merumuskan bagaimana bermusik dan bernyanyi dalam perspektif Islam. Selain itu, tentu saja perumusan tersebut diharapkan akan bermuara pada pengamalan konkret di lapangan, berupa perilaku Islami yang nyata dalam aktivitas bermain musik atau melantunkan lagu. Minimal di kampus atau lingkungan kita.

2. Definisi Seni
Karena bernyanyi dan bermain musik adalah bagian dari seni, maka kita akan meninjau lebih dahulu definisi seni, sebagai proses pendahuluan untuk memahami fakta (fahmul waqi’) yang menjadi objek penerapan hukum. Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, yang dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), indera pendengar (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama) (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 13).

Adapun seni musik (instrumental art) adalah seni yang berhubungan dengan alat-alat musik dan irama yang keluar dari alat-alat musik tersebut. Seni musik membahas antara lain cara memainkan instrumen musik, cara membuat not, dan studi bermacam-macam aliran musik. Seni musik ini bentuknya dapat berdiri sendiri sebagai seni instrumentalia (tanpa vokal) dan dapat juga disatukan dengan seni vokal. Seni instrumentalia, seperti telah dijelaskan di muka, adalah seni yang diperdengarkan melalui media alat-alat musik. Sedang seni vokal, adalah seni yang diungkapkan dengan cara melagukan syair melalui perantaraan oral (suara saja) tanpa iringan instrumen musik. Seni vokal tersebut dapat digabungkan dengan alat-alat musik tunggal (gitar, biola, piano, dan lain-lain) atau dengan alat-alat musik majemuk seperti band, orkes simfoni, karawitan, dan sebagainya (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 13-14). Inilah sekilas penjelasan fakta seni musik dan seni vokal yang menjadi topik pembahasan.