Rabu, 28 Desember 2011

Abu Hurairah. ra

Abu Hurairah, Bapaknya Kucing Kecil
Tokoh kita ini biasa berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan salat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya. Kenapa ia dikenal sebagai "Bapak Kucing"? Di waktu jahiliyah namanya dulu Abdu Syamsi ibn Shakhr Ad-Dausi, dan tatkala ia memeluk Islam, ia diberi nama oleh Rasul dengan Abdurrahman. Ia sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seekor kucing, yang selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberinya tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang bayangnya. Inilah sebabnya ia diberi gelar "Bapak Kucing".

Penghafal Hadits Terbesar Sepanjang Masa
Kadangkala kepintaran manusia itu mempunyai akibat yang merugikan dirinya sendiri. Dan orang-orang yang mempunyai bakat-bakat istimewa, banyak yang harus membayar mahal, justru pada waktu ia patut menerima ganjaran dan penghargaan.

Shahabat mulia Abu Hurairah ra.termasuk salah seorang dari mereka. Sungguh dia mempunyai bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan. Abu Hurairah ra.r.a. mempunyai kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, sedang ingatannya mempunyai keistimewaan dalam segi menghafal dan menyimpan. Didengarya, ditampungnya lalu terpatri dalam ingatannya hingga dihafalkannya, hampir tak pemah ia melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah, ia telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah sehingga termasuk yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta meriwayatkannya.

Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah saw mereka memperalat nama Abu Hurairah ra.dan menyalahgunakan ketenarannya dalam meriwayatkan Hadits dari Nabi saw , hingga sering mereka mengeluarkan sebuah "hadits", dengan menggunakan kata-kata: -- "Berkata Abu Hurairah... "

Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah ra.dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi saw menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh-tokoh utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan ke dalamnya.
Di sana Abu Hurairah ra.berhasil lolos dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak ke dalam Islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah ra.dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.

Setiap anda mendengar muballigh atau penceramah atau khatib Jum'at mengatakan kalimat yang mengesankan dari Abu Hurairah ra.r.a berkata ia, telah bersabda Rasulullah saw.." Saya katakan ketika anda mendengar nama ini dalam rangkaian kata tersebut, dan ketika anda banyak menjumpainya, yah banyak sekali dalam kitab-kitab Hadits, sirah, fiqih serta kitab-kitab Agama pada umumnya, maka diketahuilah bahwa anda sedang menemui suatu pribadi, antara sekian banyak pribadi yang paling gemar bergaul dengan Rasulullah dan mendengarkan sabdanya. Karena itulah perbendaharaannya yang menakjubkan dalam hal Hadits dan pengarahan-pengarahan penuh hikmat yang dihafalkannya dari Nabi saw jarang diperoleh bandingannya.

Rabu, 07 Desember 2011

Pattimura

Pattimura. Di manakah dia kini? Apakah dia masih hidup? Atau
sudah tiada? Tanpa sadar kugigit bibirku. Asin. Bau darah. Ah, aku menyesal telah begitu membencimu, Pattimura. Tetapi apakah sesal yang berjejalan di dadaku dapat mengembalikanmu kemari?
"Patti..., Patti .... "
Suara Ibu! Suara itu masih parau, pilu separti bulan-bulan Ialu. Kupandang wajah Ibu. Batin yang tertancap beliung kepedihan membuatnya tampak pias dan tubuh kurusnya yang telah beberapa hari ini terbaring semakin ringkih saja.
"Patti..., apa sudah ada kabar dari Patti, Said?"
"Belum. Tapi kita tak boleh berputus asa. Berdoa dan berusaha. Kita harus melacaknya. Bukan begitu, Said?!" Aku menatap ke arah pintu kamar dan mengangguk. Bapak masuk dengan kening berkerut dan meletakkan tas kerjanya begitu saja di atas meja rias Ibu.
"Kau harus sembuh, Duma. Harus kuat. Insya Allah kita akan Menemukannya” Bapak mencium kening Ibu dan menggenggam tangan pucat itu lama. Sambil duduk, di ujung tempat tidur, aku menatap mereka dan diriku dalam cermin di kamar Ibu bergantian. Ah, betapa miripnya aku dengan mereka. Kulitku yang Iegam, rambutku yang keriting, bola mata yang bulat, bibir tebal dan Iebar, rahang persegi yang kokoh. Hanya hidungku Iebih mancung, karena Ibu tak berhenti menariknya setiap hari sehabis bangun tidur, sejak aku kecil. 

Sementara Patti? Tentu saja ia tak mirip dengan siapa pun di rumah ini. Ia yatim piatu yang dipungut Ibu dari panti asuhan, tiga belas tahun Ialu.
"Nah, kalian sebaya, sekarang kau punya teman, Said!"
Waktu itu umurku tujuh tahun dan aku cuma memandang dari atas ke bawah berkali-kali, sosok kurus dengan celana pendek dan baju yang kesempitan itu.
"AssaIaamuaIaikum," ia mengulurkan tangan dan tersenyum ramah. Ia tampan, hanya cara bicaranya mengingatkanku pada Om Suryono, teman Bapak yang orang Jawa itu.

"Ini Said, anakku. Said Perintah. Itu nama pahlawan dari Maluku yang melawan Belanda tahun 1817." Ia mengangguk Iagi. Dan ibuku, guru sejarah di sebuah sekolah Ianjutan di Jakarta ini malah memberinya sebuah nama baru.
Aku ingat, tiga belas tahun Ialu, aku tertawa mendengar ucapan Ibu. <terbakar. hatiku Sementara hitam. merah bekas Meninggalkan tembem. yang pipiku di melayang itu gadis dari tamparan sebuah>
Makanya, tak ada alasan untuk tak membenci Patti! Ia merampas semua perhatian dan cinta dalam keluarga ini! Bahkan Bi Iyem yang sudah bekerja di sini sejak aku belum Iahir, Iebih membela Pattimura daripada aku. Ini giIa!

***
"Kalau kamu takut tak diterima di UI atau ITB, kamu pilih Fakultas Teknik di Universitas Pattimura saja, Said!" seru Ibu saat kutanya pendapatnya setelah aku Iulus SMU. "Di sana kan pusat keluarga besar Marasabessy. Ada Om Saleh, Om Hasan, dan saudara-saudara kita yang Iain. Lagipula kalau memilih Unpatti, kemungkinan kamu diterima Iebih besar dari pada di UI atau ITB."
"Aku mau di UI atau ITB saja," kataku bersikeras.
"Mungkin Pattimura bisa, tetapi kamu? Ibu tak yakin. Nilai-nilaimu selama
ini kan pas-pasan." 

Pattimura Iagi! Dan saat kebencianku pada anak pungut itu semakin menggumpal, salahkah aku bila memintanya pergi?
"Pergilah yang jauh, Patti...yang jauh," pintaku padanya malam itu di beranda.
Sepi. Suara jangkrik mengerik-ngerik kepongahanku. Aku benar-benar datang untuk memohon.
"Mengapa kau membenciku? Aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri."Aku melihat segaris luka di matanya tertimpa cahaya bulan.
"Kalau kau menyayangiku. Bila kau ingin menganggapku adik, pergilah .... " "Tetapi .... "
"Aku tenggalam. Aku tercampak bila kau di sini. Biarkan aku mendapat perhatian keluarga dan teman-tamanku Iagi. Pergilah. Kau bisa ke Ambon. Bukankah ketika keluarga Marasabessy berkunjung, selalu kau yang mereka cari? Aku janji, Patti, kau tak akan kekurangan. Aku janji..., tolong aku sekali ini saja. Pergilah .... "

Minggu, 04 Desember 2011

Mutiara Hikmah Salaful Ummah

Wahai anakku janganlah kecantikan seorang wanita itu membuat kamu lupa menelusuri asal-usulnya, nasabnya, karena sesungguhnya menikahi wanita yang mulia adalah tangga menuju kemuliaan. [Atsar dari ulama salaf]

Ibnu Hajar mengatakan: “Kami meriwayatkan dalam Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: ‘Para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ
“Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu.” [Lihat pula masalah ini dalam Ahkamul ‘Idain karya Ali Hasan hal. 61, Majmu’ Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168]
Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu dan hanya kepada-Kulah kembalimu. [Luqman: 14]

Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan, dan kebaikan itu akan dilipatkan sepuluh kali pahala. Tidaklah aku katakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf. [HR. At-Tirmidzi]

Merokok adalah haram; menanam tembakau adalah haram; berdagang rokok adalah haram, karena pada rokok terdapat bahaya besar. Sungguh telah diriwayatkan dalam sebuah hadits,”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain”. [HR. Ibnu Majah (2341)] – Al Lajnah Ad Da’imah
Sebaik-baik wanita adalah yang membahagiakanmu tatkala kamu memandangnya dan mentaatimu tatkala kamu memerintahkannya serta menjaga harga dirinya dan hartamu tatkala kamu tidak ada.
Menyia-nyiakan waktu itu lebih jelek daripada kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya. [Ibnul Qayyim, Al Fawa'id]

Ketahuilah, dengan berdzikir pada Allah, hati menjadi tenteram..
Nikahilah oleh kalian (wanita) yang penyayang dan banyak anak, karena aku akan berbangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat. [HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1784]

Sesungguhnya pertolongan Allah dan kemenangan itu dekat.. Berjuang dan bersabarlah..
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan..

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata “… Allah tidak akan menambah kepada orang yang pemaaf kecuali kemuliaan. Tidaklah orang yang merendahkan diri kepada Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” [HR Muslim]

sumber : http://ummulfadhl17.wordpress.com