Makna serta Pembagian Syirik
Para Ulama telah membagi kesyirikan
menjadi dua, yaitu syirik besar (akbar) dan syirik kecil (asgar). Syirik besar
adalah seorang yang mengadakan tandingan bagi Allah Ta’ala dalam perkara
rububiyah, uluhiyah dan asma’ was shifat (lihat Ma’arijul Qobul, 2/483, Fatawa
Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/516).
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As-Sa’di rahimahullah berkata, “Syirik besar adalah seorang yang mengadakan
tandingan bagi Allah, sehingga ia berdoa kepada tandingan tersebut sebagaimana
ia berdoa kepada Allah, atau ia takut, harap dan cinta kepadanya sebagaimana
cintanya kepada Allah, atau ia mempersembahkan kepadanya satu bentuk ibadah.”
(Al-Qoulus Sadid Syarh Kitabit Tauhid, hal. 24)
Adapun syirik kecil adalah semua
perkara haram yang bisa menjadi sarana (wasilah) atau pengantar (dzari’ah)
kepada syirik besar dan terdapat dalil penamaan syirik terhadapnya (lihat
Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/517).
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah
juga menjelaskan, “Syirik kecil adalah semua bentuk perkataan maupun perbuatan
yang bisa mengantarkan kepada syirik besar, seperti ghuluw (berlebih-lebihan)
dalam mengagungkan makhluq yang tidak sampai beribadah kepadanya, bersumpah
dengan nama selain Allah, riya’ yang ringan dan yang semisalnya.” (Al-Qoulus
Sadid, hal. 24, lihat Al-Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Asy-Syaikh
Al-‘Utsaimin rahimahullah, 1/139)
Perbedaan Syirik Besar dan Syirik
Kecil
Perbedaan syirik besar dan syirik
kecil penting untuk dipahami karena masing-masing dari kedua bentuk syirik ini
memiliki hukum dan konsekuensi tersendiri. Untuk lebih jelasnya, inilah
sejumlah perbedaan antara syirik besar dan syirik kecil:
1. Syirik besar menyebabkan
pelakunya murtad, keluar dari Islam dan diberlakukan padanya hukum-hukum kepada
orang yang murtad dari Islam. Sedangkan syirik kecil tidak sampai mengeluarkan
pelakunya dari Islam dan tidak diberlakukan padanya hukum-hukum kepada orang
yang murtad dari Islam.
2. Pelaku syirik besar tidak akan
mendapat ampunan Allah jika ia mati sebelum bertaubat. Adapun pelaku syirik
kecil terdapat perbedaan pendapat para Ulama dalam masalah ini. Pendapat
pertama, pelaku syirik kecil di bawah kehendak Allah Ta’ala apakah diampuni
atau tidak, berdasarkan dalil firman Allah Ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni
dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa’: 48, 116)
Pendapat kedua, pelaku syirik kecil
tidak diampuni, berdasarkan dalil yang sama. Sebab ayat tersebut berlaku umum,
mencakup syirik besar dan syirik kecil (lihat Al-Qoulul Mufid, 1/ 141).
3. Syirik besar menghapus semua
amalan pelakunya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan
Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
(Al-An’am: 88)
Juga firman Allah Ta’ala:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ
“Jika kamu mempersekutukan Allah,
niscaya akan terhapuslah amalanmu.” (Az-Zumar: 65)
Sedangkan syirik kecil hanya
menghapus amalan yang menyertainya, seperti jika seseorang berbuat riya’ dalam
ibadahnya maka terhapuslah amalannya tersebut namun tanpa menghapus amalannya
yang telah ia kerjakan dengan ikhlas.
4. Syirik besar menyebabkan
pelakunya kekal di neraka, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ
فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا
لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu
seorang penolong pun.” (Al-Maidah: 72)
Sedangkan syirik kecil tidak sampai
mengekalkan pelakunya di neraka.
Peringatan: Penyebutan syirik kecil
bukanlah berarti bahwa dosanya kecil, bahkan syirik kecil adalah dosa terbesar
setelah syirik besar. Hanya saja dikategorikan kecil apabila dibandingkan
dengan syririk besar. Sama halnya penyebutan dosa kecil bukanlah berarti bahwa
dosa tersebut boleh diremehkan, tetapi maksudnya kecil jika dibandingkan dengan
dosa besar.
Sehingga Al-Imam Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang menjauhi semua bentuk syirik (besar
maupun kecil) maka terhapuslah dosa-dosa besarnya, karena dosa-dosa besar itu
jika dibandingkan dengan syirik sama dengan perbandingan antara dosa kecil dan
dosa besar. Jadi, jika dosa-dosa kecil bisa terhapus dengan menjauhi dosa-dosa
besar maka dosa-dosa besar pun bisa terhapus dengan menjauhi kesyirikan.” (I’lamul
Muwaqqi’in, 1/226)
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah
juga berkata dalam mengomentari permasalahan bersumpah dengan selain nama Allah
Ta’ala, “Dan sungguh telah salah orang yang mengatakan bahwa hukum bersumpah
dengan selain nama Allah Ta’ala hanya makruh, padahal pemilik syari’at
mengkategorikannya sebagai perbuatan syirik (kecil), sedang tingkatannya lebih
besar dari dosa besar.” (I’lamul Muwaqqi’in, 4/403)
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah berkata, “Di dalamnya terdapat dalil atas perkataan sahabat, bahwa
syirik kecil lebih besar dosanya dibanding al-kabaair (dosa-dosa besar).”
(Kitabut Tauhid, masalah ketiga dari Bab Minasy-Syirki Lubsul Halqati wal
Khoythi wa Nahwihima, lihat al-Qoulul Mufid, 1/217-218)
Bahaya Syirik
Adapun diantara bahaya perbuatan
syirik adalah sebagai berikut:
Pertama: Syirik adalah dosa dan
kezhaliman terbesar
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata
pada anaknya saat ia memberi pelajaran padanya, “Wahai anakku, janganlah kamu
menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan-Nya adalah kezhaliman yang
besar”.” (Luqman: 13)
Sahabat yang mulia, Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan:
سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم أي
الذنب أعظم قال أن تجعل لله نداً وهو خلقك
Aku bertanya kepada Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam, “Dosa apakah yang paling besar?” Beliau menjawab:
“Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia yang menciptakanmu”.” (HR.
Al-Bukhari, no. 4207 dan Muslim, no. 267)
Rasulullah shallallahhu’alaihi wa
sallam juga mengingatkan para sahabat akan bahaya syirik ini dalam sabdanya:
ألا أنبئكم بأكبر الكبائر ثلاثاً قلنا
بلى يا رسول الله قال الإشراك بالله وعقوق الوالدين
“Maukah kalian aku kabarkan tentang
dosa yang paling besar?”, kami (sahabat) mengatakan: “Tentu wahai Rasulullah”,
lalu beliau mengatakan: “(Dosa yang paling besar) adalah menyekutukan Allah dan
(selanjutnya) durhaka pada kedua orang tu.” (HR. Al-Bukhari, no. 2511 dan
Muslim, no. 269)
Kedua: Terhapusnya amalan
Apabila seseorang melakukan syirik
maka terhapuslah semua pahala yang pernah ia dapatkan dan kebaikan yang pernah
ia kerjakan. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan
Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
(Al-An’am: 88)
Juga firman Allah Ta’ala:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ
“Jika kamu mempersekutukan Allah,
niscaya akan terhapuslah amalanmu.” (Az-Zumar: 65)
Ketiga: Dosa yang tidak terampuni
Jika seorang berbuat syirik dan mati
sebelum ia bertaubat darinya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan pernah
mengampuni dosanya untuk selama-lamanya. Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni
dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa’: 48, 116)
Keempat: Kekal di neraka
Seorang yang mati dalam keadaan
musyrik diharamkan masuk surga, maka tempat kediamannya kelak pasti di neraka
jahannam dan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya ia merasakan adzab yang
sangat pedih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ
فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا
لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu
seorang penolong pun.” (Al-Maidah: 72)
Kelima: Orang-orang musyrik adalah
makhluq yang paling hina
Orang-orang musyrik adalah makhluq
yang paling hina yang pernah tercipta di dunia ini dan terlebih lagi di
akhirat, bahkan mereka lebih hina dari binatang ternak. Firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ
الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ
شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang kafir dari
ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka
jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluq.”
(Al-Bayyinah: 6)
Juga firman Allah Ta’ala:
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ
يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ
سَبِيلًا
“Atau apakah kamu mengira bahwa
kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami!? Mereka itu tidak lain hanyalah
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang
ternak itu).” (Al-Furqon: 44)
Keenam: Syirik adalah penyebab
kebinasaan
Syirik adalah sebab kebinasaan,
musibah dan malapetaka yang menimpa manusia, bahkan sebab kehancuran alam
semesta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ
وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ
مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا
لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا
“Dan mereka berkata, “(Allah) Yang
Maha Penyayang mempunyai anak.” Sesungguhnya (dengan perkataan itu) kamu telah
mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah
karena ucapan itu, dan bumi terbelah, serta gunung-gunung runtuh, karena mereka
mendakwakan Allah Yang Maha Penyayang mempunyai anak”.” (Maryam: 88-91)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam telah mengingatkan:
اجتنبوا السبع الموبقات قالوا يا رسول
الله وما هن قال الشرك بالله والسحر وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق وأكل
الربا وأكل مال اليتيم والتولي يوم الزحف وقذف المحصنات المؤمنات الغافلات
“Jauhilah tujuh perkara yang
membinasakan”, Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah apakah tujuh perkara yang
membinasakan itu?” Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa
yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan
riba’, lari dari medan perang (jihad), menuduh berzina wanita mu’minah padahal
dia tidak tahu menahu (dengan zina tersebut)”.” (HR. Al-Bukhari, no. 2615 dan
Muslim, no. 272)
Ketujuh: Seorang musyrik diharamkan
menikahi seorang muslim
Diharamkan bagi seorang laki-laki
musyrik untuk menikahi wanita muslimah, demikian pula sebaliknya, seorang
laki-laki muslim diharamkan menikahi wanita musyrikah. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ
حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ
أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ
مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُونَ إِلَى
النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ
وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Dan janganlah kamu menikahi
wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah
kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak
ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”
(Al-Baqoroh: 221)
Kedelapan: Tidak boleh menshalatkan
dan mendoakan orang yang mati dalam keadaan musyrik
Tidak boleh menshalatkan dan
mendoakan orang yang mati dalam keadaan musyrik meskipun keluarga terdekat,
bahkan keluarga para Nabi sekalipun, sebagaimana Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mendoakan pamannya Abu
Thalib meski jasa besarnya dalam membela Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam dan juga Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilarang untuk mendoakan bapaknya
yang mati dalam keadaan musyrik. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ
مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu sekali kali
menshalatkan (jenazah) seorang yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu
berdiri (mendoaka ) di kuburannya, sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah
dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (At Taubah: 84)
Juga firman Allah Ta’ala:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ
آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ
بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيم
“Tidak sepatutnya bagi Nabi dan
orang orang yang beriman memintakan ampun ( kepada Allah ) bagi orang orang
musyrik, walaupun mereka itu adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka
bahwa orang orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahim.” (At-Taubah: 113)
Kesembilann: Hilangnya hak seorang
musyrik untuk mewarisi harta kerabatnya yang muslim
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
لا يرث المسلم الكافر ولا الكافر
المسلم
“Tidak boleh seorang muslim mewarisi
orang kafir, dan tidak boleh orang kafir mewarisi orang muslim.” ( HR.
Al-Bukhari, no. 1511 dan Muslim, no. 4225)
Kesepuluh: Sembelihan seorang
musyrik haram dimakan
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ
يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ
“Dan janganlah kamu memakan
binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya.
Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (Al-An’am:
121)
Ini hanyalah sebagian saja dari
banyaknya bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan syirik, maka himpunlah hati
dan pikiran Anda untuk menghayati dan memahami betapa besar kemarahan Allah
Tabaraka wa Ta’ala terhadap kesyirikan dan pelakunya. Oleh karena itu, tidaklah
pantas bagi seorang muslim meremehkan masalah ini.